Aynorablogs | Berkongsi Informasi

Top Ads

Mengapa Kita DiUji?

Mengapa Kita Di Uji? - Ujian yang diturunkan Allah sememangnya cukup berat, jika ia diterima dengan keredhaan, akan hadir sedikit ketenangan dalam kehidupan. Allah meletakkan kepentingan sabar sebagai asas dalam menghadapi ujian dan malapetaka.

Ujian adalah hadiah. Tetapi ia disimpan lama dan akan diberikan pada waktu yang kau perlu. Redha dengan takdir yang diberi, senyumlah menjalani hari. Semoga kita semua bisa menjaga hati.



Firman-Nya disebutkan, Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang, dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk. (Al-Baqarah: 45)


Ujian membuktikan kekuatan manusia dalam berhadapan dengan keadaan tersebut. Malah tingkat ujian berbeza menurut kemampuan seseorang.

Ujian hadir dalam pelbagai bentuk, kehendak hati terhadap sesuatu yang dilarang, konflik antara individu yang akrab dalam keluarga, halangan-halangan dakwah, penderitaan, kemiskinan dan kekayaan, kejadian-kejadian di luar jangkauan kecil mahupun besar adalah antara ujian yang sering dihadapi.

Malah ujian dan dugaan sering membawa bersama manusia dengan dua pilihan, bagaimana seseorang menghadapinya. Adakah dengan menyalahkan takdir atas kejadian buruk yang menimpa sehingga Tuhan turut dipersoalkan atau menerimanya sebagai satu musibah yang mengingatkan diri tentang kebesaran-Nya dan yakin dengan hikmah-Nya.

Kenapa Aku Diuji?

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Surah Al-Ankabut ayat 2-3)

Kenapa Aku Tidak Mendapatkan Apa Yang Aku Idam-Idamkan?

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Surah Al-Baqarah ayat 216)

Kenapa Ujian Seberat Ini?

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (Surah Al-Baqarah ayat 286)

Rasa Amat Kecewa?

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Surah Al-Imran ayat 139)

Bagaimana Aku Harus Menghadapinya?

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Surah Al-Imran ayat 200)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (Surah Al-Baqarah ayat 45)

Apa Yang Aku Dapat Dari Semua Ini?
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. (Surah At-Taubah ayat 111)

Kepada Siapa Aku Berharap?

“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada AIlah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal”. (Surah At-Taubah ayat 129)

Aku Tak Dapat Bertahan Lagi!

“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Surah Yusuf ayat 87)

(Dari berbagai sumber di internet)

Jalan hidup kita tentunya tidak selalu indah sebagaimana yang diharapkan. Demikian juga dengan kadar iman yang naik dan turun dengan derasnya. Ujian tentunya bukan hanya selalu dibungkus dengan kesengsaraan saja bukan?, melainkan ia dapat dilukiskan dengan kejayaan, prestasi, kebahagiaan dan lain-lainnya. Saat kita mengalami ‘kekosongan’ dalam melewati sebuah episod hidup, diri ini malah menjauh dari-Nya. Siratan rasa ketidakadilan akibat dari pengharapan dan cita-cita terbesar yang belum juga dikabulkan-Nya sering membuat kita  nekad berdemo dengan ‘mogok ibadah’. Padahal sikap sedemikian malah akan membuat kita semakin jauh dari-Nya bukan?

Ada apa dengan kehidupan kita? Mengapa kita selalu saja tertinggal dari orang lain dalam segala hal? Mengapa hidup tak seindah pengharapan? Mengapa teman-teman dan orang-orang di sekeliling kita selalu saja mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan? Mengapa..mengapa dan mengapa. Tak kan habis pertanyaan-pertanyaan senada yang lahir dari hati ini. Kita tidak tahu, mungkin saja mereka juga mengalami hal yang sama dengan kita dan telah melewatinya dengan berdo’a, ikhtiar dan tawakal diri dalam waktu yang kita tidak tahu berapa lama.

Apa yang membuat hati ini menjadi kotor adalah kerana kita terkadang memandang kejayaan orang lain dengan sinis. Timbul iri hati dan cemburu akibat membandingkan diri yang jauh dibawah nya. Sudah seharusnya kita boleh menjadi sahabat untuk diri sendiri, berdamai dengan segala kekurangan dan keberhasilan yang mungkin saja masih belum tertunai. Menyesali diri sendiri dengan berbagai penyesalan dan menyalahkan diri tidak akan merubah segalanya menjadi lebih baik. Mulai sekarang mari katakan pada diri kita …
Wahai diriku, aku bahagia memiliki jiwa dan raga ini, aku bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadaku. Jika aku saat ini belum menjadi orang yang berhasil, maka aku tidak perlu bersedih dan khuatir, Allah pasti memiliki jalan yang mugkin saja berbeza dari orang lain untuk membuat hidupku menjadi lebih baik dan bererti. Jika bukan saat ini, mungkin esok atau lusa, minggu depan atau pun tahun depan. Tapi diriku harus jauh-jauh dari yang namanya kufur nikmat dan prasangka terhadap Allah Swt dan selalu bersyukur dalam setiap keadaan. Wahai diriku, mulai detik ini jadikanlah makna dari ayat-ayat diatas menjadi penolong dan petunjuk hidupmu. Insya Allah, Dia akan selalu menyertai dan menjagamu dalam setiap denyut nadimu. Tapi ingat, semua itu harus disertai ikhtiar dan doa. Betul? 
Alangkah baiknya jika mulai sekarang kita menjadikan diri sebagai pribadi yang selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah kita rasakan. Jangan terlalu memandang ‘keatas’ iaitu orang-orang yang nikmat hidupnya melebiihi kita. Kita sering lupa bahwasanya masih banyak saudara-saudara kita yang hidup nya jauh dari mampu, serba kekurangan dan sebagainya. Akan ada jalan keluar bagi hamba-Nya yang mahu berusaha mengubah nasib dan Allah swt telah memberi jalan dan petunjuk hidup yang telah diatur-Nya dalam Al-Qur’an agar hidup kita menjadi tenteram.

Sebagaimana firman Allah Swt :
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi kalau kalian kufur, ingatlah sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih “  (QS   Ibrahim :7 ).

Sesungguhnya syukur itu adalah mengagungkan Allah Yang Memberi Nikmat, yakni mengukur nikmat-Nya agar kita tidak menjauhi diri dan tidak bersifat kufur. Insya Allah hal tersebut dapat kita raih dengan sentiasa berdo’a dan ikhtiar dalam memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang dicinta dan disayang Allah swt dan Rasulullah serta selalu dalam kesyukuran baik dalam suka mahupun duka.

Wallahua’lamu bishawab.

Ya Allah, ampunilah hamba yang telah berprasangka buruk terhadap-Mu, bukakanlah pintu keampunan bagi hamba yang kian gersang hatinya ini, sentuh dan siramilah jiwa raga ini dengan hidayah, cinta dan kasih sayang-Mu, agar kesedihan yang selama ini kian menguasai diri dapat terlepas dari belenggunya..

Amiiin..Ya Rabbal A'lamin...

Read More ....


Post a Comment

0 Comments

close